DEMAM KELERANG
Sinar matahari pagi tanpa terasa memasuki celah-celah jendela kamar Bimbim yang masih terlelap di bawah selimutnya. Bimbim lupa bahwa hari ini adalah hari minggu saatnya ia dan Ayahnya akan membeli suatu mainan di pasar.”Bim, bangun katanya mau ke pasar.Ayo bangun”. Ayah Bimbim berusaha membangunkan Bimbim yang masih terbuai dalam mimpinya.
“ayo,Bim bangun nanti kesiangan”. Sekali lagi ayah Bimbim mencoba membangunkan anaknya yang tidur terlelap . Sampai akhirnya Bimbim bangun juga dengan mata yang masih mengantuk.
Pagi itu Bimbim segera mandi dan bergegas pergi ke Pasar bersama Ayahnya. Setibanya di Pasar ia memasuki sebuah kios yang menyediakan aneka mainan anak-anak. “Bu,apakah di sini jual kelereng ?” Tanya Bimbim kepada sorang Ibu penjaga kios. “Ya, ada nak. Mau beli Berapa?” Ibu itu balik bertanya..”Satu bungkus saja Bu,yang ini saja” kata Bimbim sambil memberikan uangnya.Setelah mendapat kan barang yang diinginkannya Bimbim segera keluar dari toko itu ditemani ayahnya. Dan Bimbim meminta ayahnya untuk langsung pulang karena Bimbim ingin segera sampai di rumah.
Setibanya di rumah Bimbim segera mengajak ayahnya untuk bermain kelereng.”Ayo, yah katanya mau mengajari Bimbim main kelereng,kan dulu Ayah jago main kelereng” bujuk bimbim pada ayahnya yang sedang bersiap-siap untuk sarapan di ruang makan.” Nanti dulu Bim, kita sarapan dulu” usul Ayahnya. “Oke Bos, tapi habis ini kita mulai ya?” kata Bimbim dengan penuh antusias.
“ Wah ternyata sulit ya main kelereng” kata Bimbim pada Ayahnya yang sedang menunjukkan cara bermain kelereng.”Cara memegangnya seperti ini”balas ayah bimbim sambil memperagakan memegang kelereng.”menyentilnya harus kuat dan arahkan dengan tepat pada kelereng yang ingin kau tuju” sambung ayahnya tak bosan-bosannya memberi penjelasan pada Bimbim. “ Yah, kena …..aku bisa!”…teriak Bimbim kegirangan setelah beberapa kali mencoba memainkan kelerengnya.Sore itu adalah hari yang menyenangkan bagi Bimbim karena baru kali ini kelerengnya sempat beberapa kali mengenai sasaran. Bimbim berniat membuktikan kemahirannya di hadapan teman-teman sekolahnya.Bahkan ia ingin menjadi yang terhebat diantara teman-temannya.
“Teng,teng.teng.” bel tanda istirahat berbunyi, waktu yang sangat dinantikan terutama oleh Bimbim. Ia segera berlarian bersama teman-temannya menuju ujung lapangan di bawah pohon yang rindang. Seperti hari –hari sebelumnya mereka sering bermain kelereng. Tidak ketinggalan Aziz, Dido,Mamat dan Amir teman dekat Bimbim ikut serta dalam permainan kali ini. “Hom pimpah alahiom gambreng!” teriak Amir dan teman-temannya hamper serempak.
“aku duluan” teriak Aziz memulai permainan kelereng pada siang yang panas itu di bawah rindangnya pohon.
”hah…meleset…”guman aziz kecewa. “Huuu”….sambut temanya menyoraki Aziz.
”Coba kamu Bim kalau bisa” tantang aziz
“coba Lihat nih” sambut Bimbim sambil mencoba tetap tenang.
” Ndak kenaaa….” Teriak teman-temanya menyoraki.
”yang ini pasti kena” giliran amir berteriak.
“Horee..kena kan..” terik amir kegirangan. Bimbim heran mengapa ia bis meleset dalam permainan ini padahal kemarin ia lihai saat bermain bersama ayahnya.”ayo Bim giliranmu” teriak temannya mengagetkan Bimbim. “Ya ..baik” kata Bimbim sambil mengarahkan kerlerengnya dengan penuh pemusatan perhatian. “Yak….kena!” teriak Bimbim kegirangan. Ternyata Bimbim bisa juga mengikuti permainan bersama teman-temannya walaupun pada akhirnya ia kalah karena hanya mendapatkan dua kelereng. Bimbim memendam kekecewaannya dalam-dalam. Sebenarnya ia ingin sekali menang seperti Amir yang mendapatkan enam kelereng.Tapi masih lumayan jika dibandingkan Aziz yang tidak mendapatkan satu kelerengpun hiburnya dalam hati.
Sore itu Bimbim sudah bangun tidur setelah kecapean belajar dan bermain di sekolah siang tadi. Bimbim segera menemui ayahnya yang sedang duduk-duduk minum kopi di teras rumah. “Bagaimana tadi Bim di sekolah belajarnya”.tanya ayah bimbim setelah mengetahui anaknya ada di sampingnya. “baik-baik saja yah”.jawab bimbim.
“katanya mau bertanding kelereng sama temanmu ,bagaimana ?”Pancing ayah Bimbim.
“wah aku kalah pah hanya dapat dua”. “ternyata Amir lebih jago yah, ia dapat enam”. Terang Bimbim.
“Ya namanya saja permainan kalah atau menang ya enjoy aja Bim” kata ayah Bimbim berusaha menenangkan anaknya.
“Ia Yah, mungkin Bimbim tidak berbakat main kelereng, Bimbim akan rajin belajar saja yah, biar rangking satu di kelas”imbuh Bimbim.
“Nah,itu baru anak ayah tidak mudah putus asa” imbuh ayahnya menyanjungnya.
Sejak saat itu Bimbim bertambah rajin dalam belajar berbeda dengan hari-hari sebelumnya. Hal ini karena Ia telah berjanji dalam hatinya walaupun tidak Jago main kelereng ia akan berprestasi dalam pelajaran di sekolah .
by Purwoko
Komentar
Posting Komentar